1. Fungsi Motivasi
Motivasi
mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung jawab guru agar
pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak
bergantung pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi pada siswanya
untuk belajar. Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai
berikut :
- Motivasi menentukan tingkat
berhasii atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi
kiranya sulit untuk berhasil.
- Pengajar yang bermotivasi pada
hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan,
motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
- Pengajaran yang bermotivasi
membentukaktivitasdan imaginitas pada gum untuk berusaha secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yangsesuai dan serasi guna membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar
siswa-siswa pada akhirnya memiliki self motivasi dan yang baik.
- Berhasil atau tidak berhasilnya
dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat
hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hai
ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.
- Azas motivasi menjadi salah satu
bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam
mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi
faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran asas
motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar.
2. Fungsi Belajar Tuntas
Maksud utama konsep belajar tuntas adalah
usaha dikuasainya bahan oleh sekelompok siswa yang sedang mempekajari bahan
tertentu secara tuntas. Tingkat ketuntasan bermacam-macam dan merupakan
persyaratan (kriteria) minimum yang harus dikuasai siswa. Persyaratan
penguasaan bahan tersebut bergerak antara 75% sampai dengan 90%. Bila
persentase ini belum tercapai, siswa harus dibantu sehingga akhirnya mencapai
penguasaan pada taraf tersebut. Batas minimum penguasaan ini kadang-kadang
dijadikan dasr kelulusan bagi sisw yang menempuh (mempelajari) bahan tersebut.
Ø Strategi Belajar Tuntas
Strategi belajar tuntas (mastery learning) adalah
suatu strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan
pendekatan kelompok (group based approach). Pendekatan ini memungkinkan
para siswa belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan pelajaran yang
harus dipelajari oleh siswa sampai tingkat tertentu, penyedia waktu belajar
yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan
belajar.
Ø Ciri-Ciri Belajar Tuntas
1.
Para siswa dapat belajar dengan
baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan pengajaran.
2.
Bakat seorang siswa dalam siswa
dalam suatu bidang pengajaran tertentu dapat diramalkan, baik tingkatnya (yaitu
bahan yang dipelajari dalam bidang pengajaran itu dalam waktu yang telah
ditentukan) maupun satuan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan
tersebut sampai ke tingkat penguasaan tertentu. Bakat berfungsi sebagai indeks
tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.
3.
Tingkat hasil
belajar = f (Waktu yang diperlukan secara aktual) per (dibagi)
waktu yang dibutuhkan. f = fungsi yang ditentukan
oleh atau bergantung pada
4.
Model Carrol ; Tingkat belajar
= (1. Ketentuan, 2. Kesempatan belajar, 3. Bakat, 4. Kualitas pengajaran, 5.
Kemampuan memahami pengajaran)
5.
Kendatipun bakat diperhatikan
jika siswa diberi kesempatan belajar yang seragam dan kualitas pengajaran yang
seragam pula, hanya sedikit siswa yang dapat mencapai tingkatan mastery
(menguasai). Sebaliknya, setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang
berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula, mayoritas
siswa
3. Fungsi Indikator Sebagai Efektifitas Pengajar
Majid (2005:95) mengemukakan,
agar guru dapat membuat persiapan mengajar yang efektif dan berhasil guna,
dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan
persiapan mengajar, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip maupun prosedur
pengembangan persiapan mengajar, serta mengukur efektivitas mengajar. Rencana
pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs (1974) dalam Majid (2005:96)
hendaknya mengandung tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu: (1)
tujuan pengajaran; (2) materi pelajaran, bahan ajar, pendekatan dan metode
mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar; dan (3) evaluasi
keberhasilan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Moore
(2001: 126) bahwa komposisi format rencana pembelajaran meliputi komponen topik
bahasan, tujuan pembelajaran (kompetensi dan indikator kompetensi), materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat/media yang dibutuhkan, dan evaluasi
hasil belajar. Menurut Suryadi dan Mulyana (1993:21), “program belajar
mengajar” tidak lain adalah suatu proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara
terperinci dijelaskan ke mana siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang harus
dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana siswa mempelajarinya (metode dan
teknik), dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya
(penilaian).
Selanjutnya Suryadi dan Mulyana
mengemukakan, unsur-unsur utama yang harus ada dalam perencanaan pengajaran,
yaitu: (1) tujuan yang hendak dicapai, berupa bentuk-bentuk tingkah laku apa
yang diinginkan untuk dimiliki siswa setelah terjadinya proses belajar
mengajar, (2) bahan pelajaran atau isi pelajaran yang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan, (3) metode dan teknik yang digunakan, yaitu bagaimana proses
belajar mengajar yang akan diciptakan guru agar siswa mencapai tujuan, dan (4)
penilaian, yakni bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui
tujuan tercapai atau tidak.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dipahami bahwa unsur-unsur yang amat penting masuk dalam rencana pengajaran
adalah: (1) apa yang akan diajarkan, pertanyaan ini menyangkut berbagai
kompetensi yang harus dicapai, indikator-indikatornya, serta materi bahan ajar
yang akan disampaikan untuk mencapai kompetensi tersebut; (2) bagaimana
mengajarkannya, pertanyaan ini berkenaan dengan berbagai strategi yang akan
dikembangkan dalam proses pembelajaran, termasuk pengembangan berbagai
aktivitas opsional bagi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya; (3) bagaimana
mengevaluasi hasil belajarnya, pertanyaan ini harus dijawab dengan merancang
jenis evaluasi untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang mereka
pelajari pada sesi tersebut.
Dengan demikian, kinerja guru dalam
merencanakan pembelajaran yang dijadikan kajian dalam penelitian ini
meliputi indikator, (1) merumuskan tujuan pengajaran, (2) memilih dan
mengembangkan bahan pengajaran, (3) merencanakan kegiatan belajar mengajar,
termasuk di dalamnya merencanakan pendekatan dan metode pengajaran,
langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber belajar serta (4)
merencanakan penilaian.
4. Fungsi Umpan Balik
Adanya
umpan balik sebagai bahan penyesuaian dan penyempunaan proses belajar mengajar.
Sehingga antara kurikulum materi pembelajaran dan pengembangan ilmu yang
dilakukan lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata dan profesionalisme. Dalam
proses komunikasi terjadi feed back (umpan balik / respon) antara pengajar dan
peserta didik, agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar maka diantara dua
belah pihak harus sama-sama mengerti dan harus ada interaksi antara
pembelajaran dengan pengajar dari sumber belajar atau media yang digunakan
media sangat penting dalam proses komunikasi, dengan adanya media komunikasi
dapat mengerti yang disampaikan oleh pengajar, sehingga peserta didik dapat
mengerti atau memahami materi yang disampaikan oleh para pengajar. Dengan
adanya media materi yang disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik menjadi
efektif dan efisien alat peraga sangat penting dalam proses pembelajaran
terutama pada anak didik sekolah dasar.
0 komentar:
Post a Comment